SURABAYA - Civitas Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mempersembahkan prestasi membanggakan. Kali ini, prestasi tersebut datang dari dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR) Jani Purnawanty. Ia berhasil meraih penghargaan Grant Southeast Asia Journalist-Scientist Hub Impact Seed Funding (ISF) 2022 dari Pulitzer Center.
Impact Seed Funding (ISF) adalah program perdana yang diselenggarakan oleh Pulitzer Center. Program tersebut bertujuan untuk melakukan diseminasi atas karya-karya jurnalisme Rainforest Investigations Network dan Rainforest Journalism Fund melalui sinergi antara jurnalis dan akademisi.
Baca juga:
Ribuan Maba ITS Sukses Cetak Rekor MURI
|
Rancang Skema MOOC untuk Edukasi Isu Hutan
Jani mengusulkan proyek bertajuk Education on Community Involvement in Forest Issues using the Massive Open Online Course (MOOC). Proyek tersebut akan diwujudkan melalui pembuatan MOOC tema populer, yaitu ‘Carbon Trading dan Pelestarian Hutan’ serta ‘Masyarakat Adat dan Pelestarian Hutan’.
“UNAIR melalui Direktorat Inovasi dan Pengembangan Pendidikan (DIPP) telah lama mengembangkan MOOC, baik MOOC berbasis mata kuliah yang ditawarkan di prodi atau MOOC berbasis tema populer yang ditujukan untuk masyarakat luas yang berminat mempelajari suatu isu secara mandiri, ” ucap Jani, Rabu (4/1).
“Isu lingkungan seperti konservasi hutan, perdagangan karbon, dan masyarakat adat yang tinggal di kawasan hutan adalah isu yang penting untuk dipahami oleh banyak orang. Pendidikan publik yang lebih luas dapat dilakukan secara efektif melalui skema MOOC yang memang dirancang untuk memperkaya dan melengkapi bahan belajar mandiri bagi masyarakat, ” tambahnya.
Kemudian, ia menuturkan, gagasan tema tersebut muncul sebagai bentuk dukungan terhadap Pemerintah Indonesia yang telah menyatakan komitmennya untuk mengimplementasikan Paris Agreement sebagai wujud keseriusan Indonesia menjadi bagian dari gerakan global penyelamatan bumi dari kerusakan. Salah satu mekanisme untuk mencegah terjadinya kerusakan tersebut adalah dengan menekan tingkat emisi karbon dan mempertahankan kelestarian hutan.
Selain itu, mengingat masyarakat adat di Indonesia bermukim di dalam hutan dan hidup dari hasil hutan, maka peran masyarakat adat dalam pelestarian hutan sangat strategis. Ketika pemerintah mengatur dan mengelola hutan, maka pemerintah harus melibatkan masyarakat adat sebab selama ini masyarakat adatlah yang dengan kearifannya telah menjaga dan mengelola hutan.
“Permasalahan yang akan dikupas dalam MOOC ‘Carbon Trading dan Pelestarian Hutan’ salah satunya adalah kaitan pentingnya meningkatkan pelestarian hutan dalam skema carbon trading. Sedangkan dalam MOOC ‘Masyarakat Adat dan Pelestarian Hutan’ akan membahas peran masyarakat adat dalam penanganan isu global warming dan climate change, ” jelasnya.
Sebagai penutup, ia menyampaikan bahwa memperoleh penghargaan grant dari institusi berkaliber dunia seperti Pulitzer Center merupakan pencapaian besar baginya. Namun, hal yang lebih penting adalah melalui penghargaan ini, almamater Universitas Airlangga telah tercatat dalam data Pulitzer.
“Ini menegaskan kaliber UNAIR sebagai universitas dengan reputasi dunia. Saya sangat berterima kasih kepada Direktur DIPP UNAIR Prof Dr I Made Narsa SE MSi Ak CA yang begitu banyak memberi kemudahan dan secara penuh memfasilitasi pelaksanaan pembuatan MOOC ini. Ketika saya memohon kepada beliau untuk memberikan rekomendasi, dengan begitu mudah dan cepat beliau memberikannya. Ini sungguh membesarkan hati dan menyemangati saya, ” tukasnya. (*)