SURABAYA – Rapat kerja dan Focus Group Discussion (FGD) Ketua Departemen dan Koordinator Program Studi Universitas Airlangga hari kedua pada Sabtu (18/3/2023) dilakukan pembahasan di ruang terpisah atau breakout room. Masing-masing breakout room tersebut membahas program unggulan Indikator Kinerja Utama (IKU) di tingkat departemen dan program studi untuk mendukung capaian universitas.
Ada empat bidang di masing-masing breakout room. Pertama, bidang akademik, mahasiswa, dan alumni (AMA). Kedua, bidang sumber daya (SD). Ketiga, bidang riset, inovasi, dan community development (RICD). Keempat, bidang internasionalisasi, digitalisasi, dan informasi (IDI).
Pertama, bidang AMA membahas persentase lulusan S1 dan D4/D3/D2 yang berhasil mendapat pekerjaan, melanjutkan studi, atau menjadi wiraswasta; persentase mahasiswa S1 dan D4/D3/D2 yang menghabiskan paling sedikit 20 SKS di luar kampus, atau meraih prestasi paling rendah tingkat nasional.
Suasana diskusi di breakout room bidang AMA. (Foto: Imam Ariadi)
Ada pula bahasan soal persentase mata kuliah S1 dan D4/D3/D2 yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan kasus (case method) atau pembelajaran kelompok berbasis projek (team-based project) sebagai sebagian bobot evaluasi. Serta, persentase program studi S1 dan D4/D3/D2 yang memiliki akreditasi atau sertifikat internasional yang diakui pemerintah.
Baca juga:
ITS Perkuat Kerja Sama dengan DUT Tiongkok
|
Direktur pendidikan UNAIR Prof Sukardiman, saat jalannya diskusi. (Foto: Imam Ariadi)
Bidang AMA ini dihadiri oleh Koordinator Program Studi S1, D3, D4, dan Profesi; Direktur Pendidikan; Direktur Kemahasiswaan; Direktur Pengembangan Karir, Inkubasi, Kewirausahaan, dan Alumni; Direktur Inovasi dan Pengembangan Pendidikan, dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru.
Kedua, bidang SD membahas persentase dosen yang berkegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi di kampus lain, di QS 100 berdasarkan bidang ilmu, bekerja sebagai praktisi di dunia industri, atau membina mahasiswa yang berhasil meraih prestasi paling rendah tingkat nasional dalam lima tahun terakhir
Dibahas pula persentase dosen tetap berkualifikasi akademik S3, memiliki sertifikat kompetensi atau profesi yang diakui oleh industri dan dunia kerja, atau berasal dari kalangan praktisi profesional, dunia industri, atau dunia kerja. Bidang SD dihadiri oleh Sekretaris Departemen; Direktur Sarana dan Prasarana; Direktur Logistik, Keamanan, Ketertiban, dan Lingkungan; Direktur Keuangan; Direktur Sumber Daya Manusia; dan Badan Pengawas Internal.
Warek RICD UNAIR Prof Nyoman saat jalannya diskusi. (Foto: Imam Ariadi)
Ketiga, bidang RICD membahas seputar jumlah keluaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berhasil mendapat rekognisi internasional atau diterapkan oleh masyarakat. Publikasi artikel dan prosiding dilakukan di jurnal Scopus, paten, hak cipta, hak merek, maupun pengmas yang diakui internasional.
Bidang ini dihadiri oleh Koordinator Program Studi S2, S3, Spesialis 1, dan Spesialis 2; Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi; Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat; Lembaga Inovasi Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual; dan Lembaga Ilmu Hayati, Teknik, dan Rekayasa.
Direktur AGE UNAIR Iman Harymawan PhD saat jalannya diskusi. (Foto: Imam Ariadi)
Suasana diskusi di breakout room bidang IDI. (Foto: Imam Ariadi)
Terakhir, bidang IDI membahas persentase program studi S1 dan D4/D3/D2 yang melaksanakan kerja sama dengan mitra. Bidang ini dihadiri oleh Ketua Departemen (Kadep), Direktorat Sistem Informasi dan Digitalisasi (DSID), Airlangga Global Engagement (AGE), Badan Kerjasama dan Manajemen Pengembangan (BKMP), dan Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP). (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh